WWW.PURI_ASRI_2.COM
Minggu, 02 Maret 2014
Sabtu, 01 Maret 2014
KEBERADAAN MADRASAH DI ERA GLOBALISASI
Oleh Drs. E. Rojai
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama, dengan keberadaan madrasah sangat membantu masyarakat dalam mengenyam ilmu agama. Pada masa moderen dewasa ini madrasah dapat mengembangkan sayapnya menuju pendidikan yang berbasis IT hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya madrasah unggulan yang terdapat di setiap kota. Orang tidak lagi memandang sebelah mata dengan keberadaan madrasah. Sebagai tantangan ke depan madrasah harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan sekolah-sekolah yang ada di kementeria lain supaya tidak tertinggal. Dengan menjamurnya sekolah-sekolah yang berbasis teknologi seharusnya madrasah tertantang untuk menyelenggarakan pendidikan yang sesuai perkembangan jaman.
Sebagai bagaian dari madrasah seharusnya Kementerian Agama lebih banyak membuaka sekolah kejuruan (SMK) mungkin kalau di bawah naungan Kementrian Agama yaitu mendirikan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) hal ini bertujuan untuk mendidik para siswa yang tamatan MTs atau Pondok Pesantren tidak lagi masuk ke SMK tapi masuk ke MAK hal ini untuk mendorong agar siswa dapat langsung terjun ke dunia kerja dan dapat bersaing dengan siswa yang dari SMP, era globalisasi dewasa ini adalah untuk mendorong siswa agar dapat berdaya guna tidak hanya bergelut dalam ilmu keagamaan atau ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus seimbang
Persaingan yang semakin kompetitif di bidang pendidikan telah mendorong para pegiat pendidikan untuk terus berbenah dan meningkatkan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.
keberadaan madrasah dewasa ini sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, dengan kemajuan IPTEK telah banyak mengubah paradigma masyarakat, sehingga perlu keseimbangan dalam berfikir tidak hanya berfikir urusan dunia tapi perlu juga memikirkan akhirat terutama untuk mendidik anak-anak agar tidak tidak terjerembab ke dalam suasana yang semakin tidak menentu. Dengan belajar di madrasah masyarakat akan lebih tenang, karena di madrasah akan diajarkan ilmu tentang keagamaan dan tentunya juga ilmu pengetahuan umum, sebab dengan mata pelajaran yang ada di madrasah akan menjadi filter seandainya anak-anak tersebut akan berbuat yang kurang baik, karena pendidikan agama adalah benteng untuk menghadang laju globalisasi dari sisi negatifnya.
Pada suatu ketika Guru Besar UIN Bandung Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir mengatakan, "Kupas telinga saya kalau tidak terbukti bahwa suatu ketika orang akan berduyun-duyun akan mendaftarkan anak-anaknya ke madrasah" Kalau kita simak dari pernyataan Prof. Ahmad Tafsir tersebut sekarang sudah mulai terbukti madrash-madrasah yang ada kebanjuran murid jarang sekarang madrasah yang kekurangan murid, ambil contoh madrasah yang ada di Kabupaten Kuningan Jawa Barat hampir semua madrasah terutama MTs baik negeri maupun swasta tidak kekurangan siswa hal ini menunjukan bahwa masyarakat telah percaya pada madrasah tinggal kita melestarikan kepercayaan itu dengan penuh tanggung jawab dan percaya diri, agar kepercayaan tersebut tidak luntur oleh arus globalisasi yang semakin kompetitif.
Semoga saja hanya Allah yang tahu
Sebagai bagaian dari madrasah seharusnya Kementerian Agama lebih banyak membuaka sekolah kejuruan (SMK) mungkin kalau di bawah naungan Kementrian Agama yaitu mendirikan MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) hal ini bertujuan untuk mendidik para siswa yang tamatan MTs atau Pondok Pesantren tidak lagi masuk ke SMK tapi masuk ke MAK hal ini untuk mendorong agar siswa dapat langsung terjun ke dunia kerja dan dapat bersaing dengan siswa yang dari SMP, era globalisasi dewasa ini adalah untuk mendorong siswa agar dapat berdaya guna tidak hanya bergelut dalam ilmu keagamaan atau ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus seimbang
Persaingan yang semakin kompetitif di bidang pendidikan telah mendorong para pegiat pendidikan untuk terus berbenah dan meningkatkan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.
keberadaan madrasah dewasa ini sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat, dengan kemajuan IPTEK telah banyak mengubah paradigma masyarakat, sehingga perlu keseimbangan dalam berfikir tidak hanya berfikir urusan dunia tapi perlu juga memikirkan akhirat terutama untuk mendidik anak-anak agar tidak tidak terjerembab ke dalam suasana yang semakin tidak menentu. Dengan belajar di madrasah masyarakat akan lebih tenang, karena di madrasah akan diajarkan ilmu tentang keagamaan dan tentunya juga ilmu pengetahuan umum, sebab dengan mata pelajaran yang ada di madrasah akan menjadi filter seandainya anak-anak tersebut akan berbuat yang kurang baik, karena pendidikan agama adalah benteng untuk menghadang laju globalisasi dari sisi negatifnya.
Pada suatu ketika Guru Besar UIN Bandung Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir mengatakan, "Kupas telinga saya kalau tidak terbukti bahwa suatu ketika orang akan berduyun-duyun akan mendaftarkan anak-anaknya ke madrasah" Kalau kita simak dari pernyataan Prof. Ahmad Tafsir tersebut sekarang sudah mulai terbukti madrash-madrasah yang ada kebanjuran murid jarang sekarang madrasah yang kekurangan murid, ambil contoh madrasah yang ada di Kabupaten Kuningan Jawa Barat hampir semua madrasah terutama MTs baik negeri maupun swasta tidak kekurangan siswa hal ini menunjukan bahwa masyarakat telah percaya pada madrasah tinggal kita melestarikan kepercayaan itu dengan penuh tanggung jawab dan percaya diri, agar kepercayaan tersebut tidak luntur oleh arus globalisasi yang semakin kompetitif.
Semoga saja hanya Allah yang tahu
Jumat, 28 Februari 2014
BENCANA ALAM KETIKA ZAMAN UMAR BIN KHATAB DAN UMAR BIN ABDUL AZIS
Bencana alam merupakan musibah yang
tak bisa kita hindarkan walaupun seorang raja atau Presiden tak bisa mencegah
terjadinya bencana alam dan gempa bumi yang sekarang sedang menimpa kita. Gempa
bumi dan bencana alam sudah terjadi sejak zaman dulu bahkan ketika zaman
Rosulollah.
Suatu kali
di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya
di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.''
Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya
Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada
kalian)!"
Dari pernyataan di atas jelas bahwa
kejadian gempa dan musibah lainnya adalah karena kita sudah tidak ingat lagi
pada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan itu merupakan teguran
pada kita bahwa kita telah melupakkannya dan tidak lagi berrsyukur dari apa
yang telah kita nikmati selama ini.
Setelah Rosulullah wafat gempa dan
musibah lainnya terjadi lagi pada zaman Khalifah Umar bin Khotob, sehingga pada
kejadian itu Umar bin Khotob teringat akan nabi Muhammad SAW, ketika terjadinya
musibah.
Sepertinya,
Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa
kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa
ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)?
Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"
Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.
Umar pun
mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada
Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali.
Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya,
jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.
Kejadian
bencana juga menimpa pada zaman khalipah Umar yang lain yaitu Umar Bin Abdul
Azis, kejadian itu terjadi karena pengaruh penomena alam dan ulah manusia yang
selalu merusaknya dan tak pernah bersyukur padanya.
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa
kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma
ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan
saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu,
maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."
Jika saja
kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan
keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan
cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah
saatnya kita menjawab teguran-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu.
Wallahu a'la
Dari
rangkaian peristiwa yang dialami kedua khalifah di atas seharusnya kita dapat
mengambil hikmahnya, dengan tidak mengabaikan sang pencipta dan sealu saling
toleransi serta menolong kepada sesama, rakyat kita pemimpin kita seharusnya
peduli akan kepedulian pada lingkungan dan jangan melupakan sang pencipta agar
teguran yang diarah oleh sang kholiq tidak sedahsyat seperti bencana yang
selama ini kita alami.
Rabu, 05 Juni 2013
KESEDERHANAAN NABI MUHAMMAD SAW
Hikmah Isra Mi’raj yang telah kita lakukan
ialah melatih diri kita untuk hidup sederhana, menikmati hidup ini dengan penuh
empati dengan cara merasakan derita orang lain. Kerinduan paling dalam yang dirasakan manusia takwa ialah
mereguk “ UswatunHasanah”, meneladani hidup sederhana seperti yang dicontohkan Rosullullah
SAW.
Beberapa contoh
kesederhanaan Nabi Muhammad SAW antara
lain :
1. Memenuhi undangan kaum dhuapa dengan penuh
cinta, beliau membelai rambut anak-anak yatim dengan penuh kasih sayang.
2. Ketika Allah menawarkan Gunung Uhud diubah
menjadi emas permata, dengan hati yang lembut beliau bersabda“ Allah Huma Ya
Allah, jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketikalapar hamba dapat
bersabar, ketika kenyang hamba dapat bersyukur kepadaMu.
3. Rosullullah tidur beralaskan tikar dari
daun kurma kering, ketika bangun goresan tikar itu membekas di wajahnya.
Salah seorang
sahabat berkata“ Wahai Rosulullah bila engkau mau kami akan buatkan tempat peraduan
“Kemudian Rosul menjawab “ Ada apa dengan dunia ? di dunia ini aku seorang pengembara
atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya
“.
Sabda-sabda Rosullullah SAW
mengingatkan kita agar pelatihan spiritual di Bulan Romadhon ini menjadikan kita
dapat menguasai diri lahir dan batin. Hidup sederhana bukanlah miskin, belajar lapar
bukanlah kelaparan.
Keteladanan lain dicontohkan oleh menantu
dan anak Nabi Muhammad Saw Ali Bin Abi Thalib
bersama istrinya Fatimah Azzahra, pada suatu masa beliau berdua terserang penyakit
demam tinggi selama berhari-hari, kemudian beliau bernadar seandainya kami
disembuhkan dari penyakit ini maka kami akan puasa selama tiga hari berturut-turut.
Allah mengabulkan permintaan Ali Bin Abi Tholibdan Ali bin Abi Thalib melaksanakan
nadarnya. Pada hari pertama ketika akan berbuka puasa tiba-tiba datang seorang pengemis
meminta makan dia menyatakan sudah tiga hari tidak makan, maka Ali Bin Abi Tholib pun menyerah kan semua makanan untuk pengemis
itu maka hari pertama puasa beliau hanya minum air, pada hari kedua juga demikian
beliau kedatangan anak yatim yang sangat menghawarirkan maka diserahkan pula
makanan untuk buka puasa pada hari kedua ini pula ia berbuka hanya minum air
putih, pada hari berikutnya Ali Bin Abi Tholib juga kedatangan seorang musyafir
yang sedang mengadakan perjalanan sudah berhari-hari dia tidak makan karena kehilangan
bekal maka diberikannya makanan untuk buka puasa kepada musafir itu, untuk hari
terakhir puasa nazha ritu dilalui beliau dengan minum air putih. Percis tiga hari
Ali dan istrinya hanya minum air putih tanpa makanan. Ini semua merupakan gambaran
tentang keteladanan yang dilakukan Ali betapa beliau lebih mementingkan penderitan
orang lain dari pada dirinya sendiri inilah yang disebut dengan gambaran kesetiakawanan.
Kalau kita kaitkan pada masa sekarang
betapa Uhwatun Hasanah tak lagi menyentuh hati, hidup hanya menghamba dunia,
akalnya mati, digelapkan matahati, terpenjara ambisi nafsu tirani, bayangan popularitas,
harta dan jabatan. Kalau kehidupan kita di masa sekarang meniru kehidupan nabi niscaya
umat manusia tidak akan berbondong-bondong
melaksanakan kesesatan, kemunafikan dan hal-hal yang dapat merusak agama bangsa
dan Negara. Kerusakan alam dan banyaknya fakir miskin yang melanda negeri karena
kita kurang peduli dan bersikap masa bodoh, rasa empati begitu hilang jauh dari
rasa solidaritas.
Beberapa kesederhanaan Nabi yang
digambarkan di atas seharusnya menjadi pedoman bagi kita. Kita membayangkan seorang
Rosullullah dapat mengelus kepala anak yatim hanya karena rasa saying dan cinta
pada umatnya. Kalau kita kaitkan dengan prilaku pejabat kita sekarang, lebih banyak
menari di atas kepala orang miskin dan anak yatim dengan cara korupsi meggasak uang
rakyat sementara dibelantara sana banyak orang miskin mengaisrizki dengan caramengork-ngorek
tong sampah demi sesuap nasi.
Di Bulan Rajab ini marilah kita sisihkan
rizki demi rasa empati kita kepada fakir miskin dan anak yatim demi menumbuhkan
rasa solidaritas kita pada sesame juga menumbuhkan rasa kesetiakawanan antar umat
demi mewujudkan rasa simpati masyarakat.
Rosullullahpernahberpesan“
Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan selama mereka mau makan setelah
lapar, berhenti makan setelah kenyang.
Alangkah bahagianya kita apabilamampu
meneladani sikap hidup Rosullulloh SAW dan Ali Bin AbiTholib yang istiqomah,
tangguh, memiliki ghirah, kaya pengalaman, Kesetiakawanan, tapi sederhana dalam
penampilan.
Langganan:
Postingan (Atom)