Rabu, 05 Juni 2013

KESEDERHANAAN NABI MUHAMMAD SAW



Drs. Ero Rojai


                Hikmah Isra Mi’raj yang telah kita lakukan ialah melatih diri kita untuk hidup sederhana, menikmati hidup ini dengan penuh empati dengan cara merasakan derita orang lain. Kerinduan  paling dalam yang dirasakan manusia takwa ialah mereguk “ UswatunHasanah”, meneladani hidup sederhana seperti yang dicontohkan Rosullullah SAW.
            Beberapa contoh kesederhanaan Nabi Muhammad SAW  antara lain :
1.      Memenuhi undangan kaum dhuapa dengan penuh cinta, beliau membelai rambut anak-anak yatim dengan penuh kasih sayang.
2.      Ketika Allah menawarkan Gunung Uhud diubah menjadi emas permata, dengan hati yang lembut beliau bersabda“ Allah Huma Ya Allah, jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketikalapar hamba dapat bersabar, ketika kenyang hamba dapat bersyukur kepadaMu.
3.      Rosullullah tidur beralaskan tikar dari daun kurma kering, ketika bangun goresan tikar itu membekas di wajahnya.
Salah seorang sahabat berkata“ Wahai Rosulullah bila engkau mau kami akan buatkan tempat peraduan “Kemudian Rosul menjawab “ Ada apa dengan dunia ? di dunia ini aku seorang pengembara atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya “.
Sabda-sabda Rosullullah SAW mengingatkan kita agar pelatihan spiritual di Bulan Romadhon ini menjadikan kita dapat menguasai diri lahir dan batin. Hidup sederhana bukanlah miskin, belajar lapar bukanlah kelaparan.
Keteladanan lain dicontohkan oleh menantu dan anak Nabi Muhammad Saw  Ali Bin Abi Thalib bersama istrinya Fatimah Azzahra, pada suatu masa beliau berdua terserang penyakit demam tinggi selama berhari-hari, kemudian beliau bernadar seandainya kami disembuhkan dari penyakit ini maka kami akan puasa selama tiga hari berturut-turut. Allah mengabulkan permintaan Ali Bin Abi Tholibdan Ali bin Abi Thalib melaksanakan nadarnya. Pada hari pertama ketika akan berbuka puasa tiba-tiba datang seorang pengemis meminta makan dia menyatakan sudah tiga hari tidak makan, maka Ali Bin Abi  Tholib pun menyerah kan semua makanan untuk pengemis itu maka hari pertama puasa beliau hanya minum air, pada hari kedua juga demikian beliau kedatangan anak yatim yang sangat menghawarirkan maka diserahkan pula makanan untuk buka puasa pada hari kedua ini pula ia berbuka hanya minum air putih, pada hari berikutnya Ali Bin Abi Tholib juga kedatangan seorang musyafir yang sedang mengadakan perjalanan sudah berhari-hari dia tidak makan karena kehilangan bekal maka diberikannya makanan untuk buka puasa kepada musafir itu, untuk hari terakhir puasa nazha ritu dilalui beliau dengan minum air putih. Percis tiga hari Ali dan istrinya hanya minum air putih tanpa makanan. Ini semua merupakan gambaran tentang keteladanan yang dilakukan Ali betapa beliau lebih mementingkan penderitan orang lain dari pada dirinya sendiri inilah yang disebut dengan gambaran kesetiakawanan.
Kalau kita kaitkan pada masa sekarang betapa Uhwatun Hasanah tak lagi menyentuh hati, hidup hanya menghamba dunia, akalnya mati, digelapkan matahati, terpenjara ambisi nafsu tirani, bayangan popularitas, harta dan jabatan. Kalau kehidupan kita di masa sekarang meniru kehidupan nabi niscaya umat manusia tidak akan  berbondong-bondong melaksanakan kesesatan, kemunafikan dan hal-hal yang dapat merusak agama bangsa dan Negara. Kerusakan alam dan banyaknya fakir miskin yang melanda negeri karena kita kurang peduli dan bersikap masa bodoh, rasa empati begitu hilang jauh dari rasa solidaritas.
Beberapa kesederhanaan Nabi yang digambarkan di atas seharusnya menjadi pedoman bagi kita. Kita membayangkan seorang Rosullullah dapat mengelus kepala anak yatim hanya karena rasa saying dan cinta pada umatnya. Kalau kita kaitkan dengan prilaku pejabat kita sekarang, lebih banyak menari di atas kepala orang miskin dan anak yatim dengan cara korupsi meggasak uang rakyat sementara dibelantara sana banyak orang miskin mengaisrizki dengan caramengork-ngorek tong sampah demi sesuap nasi.
Di Bulan Rajab ini marilah kita sisihkan rizki demi rasa empati kita kepada fakir miskin dan anak yatim demi menumbuhkan rasa solidaritas kita pada sesame juga menumbuhkan rasa kesetiakawanan antar umat demi mewujudkan rasa simpati masyarakat.
Rosullullahpernahberpesan“ Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan selama mereka mau makan setelah lapar, berhenti makan setelah kenyang.
Alangkah bahagianya kita apabilamampu meneladani sikap hidup Rosullulloh SAW dan Ali Bin AbiTholib yang istiqomah, tangguh, memiliki ghirah, kaya pengalaman, Kesetiakawanan, tapi sederhana dalam penampilan.