Hikmah Isra Mi’raj yang telah kita lakukan
ialah melatih diri kita untuk hidup sederhana, menikmati hidup ini dengan penuh
empati dengan cara merasakan derita orang lain. Kerinduan paling dalam yang dirasakan manusia takwa ialah
mereguk “ UswatunHasanah”, meneladani hidup sederhana seperti yang dicontohkan Rosullullah
SAW.
Beberapa contoh
kesederhanaan Nabi Muhammad SAW antara
lain :
1. Memenuhi undangan kaum dhuapa dengan penuh
cinta, beliau membelai rambut anak-anak yatim dengan penuh kasih sayang.
2. Ketika Allah menawarkan Gunung Uhud diubah
menjadi emas permata, dengan hati yang lembut beliau bersabda“ Allah Huma Ya
Allah, jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketikalapar hamba dapat
bersabar, ketika kenyang hamba dapat bersyukur kepadaMu.
3. Rosullullah tidur beralaskan tikar dari
daun kurma kering, ketika bangun goresan tikar itu membekas di wajahnya.
Salah seorang
sahabat berkata“ Wahai Rosulullah bila engkau mau kami akan buatkan tempat peraduan
“Kemudian Rosul menjawab “ Ada apa dengan dunia ? di dunia ini aku seorang pengembara
atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya
“.
Sabda-sabda Rosullullah SAW
mengingatkan kita agar pelatihan spiritual di Bulan Romadhon ini menjadikan kita
dapat menguasai diri lahir dan batin. Hidup sederhana bukanlah miskin, belajar lapar
bukanlah kelaparan.
Keteladanan lain dicontohkan oleh menantu
dan anak Nabi Muhammad Saw Ali Bin Abi Thalib
bersama istrinya Fatimah Azzahra, pada suatu masa beliau berdua terserang penyakit
demam tinggi selama berhari-hari, kemudian beliau bernadar seandainya kami
disembuhkan dari penyakit ini maka kami akan puasa selama tiga hari berturut-turut.
Allah mengabulkan permintaan Ali Bin Abi Tholibdan Ali bin Abi Thalib melaksanakan
nadarnya. Pada hari pertama ketika akan berbuka puasa tiba-tiba datang seorang pengemis
meminta makan dia menyatakan sudah tiga hari tidak makan, maka Ali Bin Abi Tholib pun menyerah kan semua makanan untuk pengemis
itu maka hari pertama puasa beliau hanya minum air, pada hari kedua juga demikian
beliau kedatangan anak yatim yang sangat menghawarirkan maka diserahkan pula
makanan untuk buka puasa pada hari kedua ini pula ia berbuka hanya minum air
putih, pada hari berikutnya Ali Bin Abi Tholib juga kedatangan seorang musyafir
yang sedang mengadakan perjalanan sudah berhari-hari dia tidak makan karena kehilangan
bekal maka diberikannya makanan untuk buka puasa kepada musafir itu, untuk hari
terakhir puasa nazha ritu dilalui beliau dengan minum air putih. Percis tiga hari
Ali dan istrinya hanya minum air putih tanpa makanan. Ini semua merupakan gambaran
tentang keteladanan yang dilakukan Ali betapa beliau lebih mementingkan penderitan
orang lain dari pada dirinya sendiri inilah yang disebut dengan gambaran kesetiakawanan.
Kalau kita kaitkan pada masa sekarang
betapa Uhwatun Hasanah tak lagi menyentuh hati, hidup hanya menghamba dunia,
akalnya mati, digelapkan matahati, terpenjara ambisi nafsu tirani, bayangan popularitas,
harta dan jabatan. Kalau kehidupan kita di masa sekarang meniru kehidupan nabi niscaya
umat manusia tidak akan berbondong-bondong
melaksanakan kesesatan, kemunafikan dan hal-hal yang dapat merusak agama bangsa
dan Negara. Kerusakan alam dan banyaknya fakir miskin yang melanda negeri karena
kita kurang peduli dan bersikap masa bodoh, rasa empati begitu hilang jauh dari
rasa solidaritas.
Beberapa kesederhanaan Nabi yang
digambarkan di atas seharusnya menjadi pedoman bagi kita. Kita membayangkan seorang
Rosullullah dapat mengelus kepala anak yatim hanya karena rasa saying dan cinta
pada umatnya. Kalau kita kaitkan dengan prilaku pejabat kita sekarang, lebih banyak
menari di atas kepala orang miskin dan anak yatim dengan cara korupsi meggasak uang
rakyat sementara dibelantara sana banyak orang miskin mengaisrizki dengan caramengork-ngorek
tong sampah demi sesuap nasi.
Di Bulan Rajab ini marilah kita sisihkan
rizki demi rasa empati kita kepada fakir miskin dan anak yatim demi menumbuhkan
rasa solidaritas kita pada sesame juga menumbuhkan rasa kesetiakawanan antar umat
demi mewujudkan rasa simpati masyarakat.
Rosullullahpernahberpesan“
Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan selama mereka mau makan setelah
lapar, berhenti makan setelah kenyang.
Alangkah bahagianya kita apabilamampu
meneladani sikap hidup Rosullulloh SAW dan Ali Bin AbiTholib yang istiqomah,
tangguh, memiliki ghirah, kaya pengalaman, Kesetiakawanan, tapi sederhana dalam
penampilan.